Pantaskah Bandung Menyandang Kota Kreatif Dunia?

Oleh:   Kang Rian   |   3/21/2016 08:54:00 PM
DOMAINMU.COM - Terpilihnya Bandung sebagai salah satu kota kreatif di dunia oleh UNESCO mengundang kritikan berbagai pihak.

Salah satunya datang dari penulis, filsuf, novelis, dan jurnalis investigasi, Andre Vltchek yang mempertanyakan klaim UNESCO tersebut.

Dalam kritiknya tersebut, Andre menyebut UNESCO sebagai salah satu organisasi dalam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menunjukan kota yang salah untuk mendapat pujian dan penghargaan tersebut.

Andre secara terang-terangan menyatakan tidak ada hal kreatif apapun tentang Bandung. Bandung hanya sekadar kota berpenduduk 2,5 juta jiwa dengan kriteria serupa penduduk kota lainnya di Indonesia yang hanya melakukan tiga "aktivitas budaya dan sosial," yakni makan, berkumpul bersama keluarga, dan beribadah.

Kritik tajamnya terus berlanjut dengan menyebut Bandung tak memiliki satu gedung konser permanen pun yang mampu mengubahnya menjadi semacam "kota tempat belajar."

Andre juga menambahkan Bandung tidak memiliki bioskop seni dan museum yang layak. Taman-taman di Bandung pun ia anggap kecil, kotor dan tak saling berhubungan.

Beberapa mal dan bioskop komersial di sana bahkan menurutnya hanya menampilkan sampah Hollywood rendahan.

Sisanya, menurut Andre, sama dengan tempat lain di Indonesia yang terlalu komersial dan memiliki perluasan kota cenderung putus asa dan tanpa perencanaan.

Andre juga menyinggung ratusan "butik" atau toko yang menjual barang-barang palsu atau KW, baik lokal maupun luar negeri.

Andre bahkan tahu jika barang KW tersebut memiliki beberapa tingkatan sesuai dengan tingkat kemiripannya dengan barang aslinya.

Menurutnya, sebuah keajaiban bagi UNESCO apabila melihat sisi kreatif Bandung dari banyaknya toko barang KW di sana.

Andre juga sedikit menyorot sejarah dan mengatakan bahwa para pengawas dan peneliti dari Organisasi Perdagangan Dunia akan sangat senang bila melakukan serangan terhadap kota-kota dalam wilayah musuh Barat, seperti China dan Vietnam.

Tetapi sejak tahun 1965 terdapat pembantaian yang diatur oleh Barat dengan sekitar 2 sampai 3 juta komunis lokal dan intelektual dibantai, Indonesia secara tegas dianggap teman dan sekutu terpercaya.

Bandung sendiri menjadi salah satu lokasi pembantaian tersebut dan atas hal itu, Andre lantas melancarkan kritik sarkas yang menyebut apakah pembantaian itu sebagai sebuah sikap "kreatif" dan masih bisa dipuji bahkan diperingati oleh masyarakat internasional selama bertahun-tahun.

Kritik Andre berlanjut kepada transportasi umum dan menyebut Bandung kini tidak memiliki transportasi umum yang bisa dibanggakan.

Andre kemudian menantang publik membayangkan sebuah kombinasi kota antara Brussels dan Amsterdam atau Nagoya, tercekik karena polusi udara dan dibanjiri skuter-skuter bau.

Dia mempertanyakan bagaimana kota tanpa kereta bawah tanah, tanpa jaringan kereta super sibuk, tanpa trem, dan tanpa underpass seperti Bandung bisa menjadi kota kreatif menurut UNESCO.

Satu hal yang menurut Andre lebih buruk adalah ketiadaan perpustakaan besar di Bandung dan ketiadaan proyek-proyek seni kecuali untuk satu atau dua galeri di pinggiran kota.

Dalam kritiknya, Andre membagi pengalaman temannya yang campuran Indonesia-China dan juga seorang musisi piano lulusan Sekolah Musik Manhattan yang dipaksa pindah dari New York ke Bandung oleh keluarganya.

Ketika di Bandung, dia mencoba tetap bekerja dan menerangi kota tersebut. Demi mengadakan sebuah konser, teman Andre tersebut lantas membeli sebuah keyboard dan berlatih siang dan malam.

Singkatnya, konser tersebut ia laksanakan selama setidaknya sekali dalam setahun. Konser berkelas dunia itu tidak berlangsung lama dan karya seninya tersebut sama sekali tidak diapresiasi.

Pukulan terakhir datang ketika teman Andre tampil di Institut Budaya Perancis di Bandung, yang disebut Andre sebagai aula kotor penuh tikus yang menjadi satu-satunya opsi menggelar konser piano.

Selama konser berlangsung, publik bangun dan mendatanginya dan mulai mengeluarkan ponsel dan kamera sambil terus mengarahkan flash ke dirinya.

Setelah itu, teman Andre tersebut menjual segala sesuatu miliknya dan perlahan mulai kehilangan rambutnya. Lagi-lagi, Andre melancarkan kritiknya dan menyebut itulah hidup musisi di Bandung, "kota kreatif."

Ada banyak lembaga atau tempat-tempat aneh di Bandung seperti bar Nazi yang disebut "Soldaten Kaffee." Di sana terdapat banyak simbol swastika dan gambar diri Adolf Hitler.

Tampilkan Komentar